CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Minggu, 26 Oktober 2008

my_poem

first i always ask to my heart
did u really loved me?
That thing always come to my heart
I really want to ask, but i'm affraid
because i know, i'm just nobody for you
i realize that. .
but now you give me hope
A very great Hope
Make me want to fly to the highest sky
fly to you
My heart so happy, when you say that you loved me
You make me crazy with your love
did you feel the same way like the way i feel?
I'm sorry because i still not believe your love
but now, i tried to believe you
Believe that you really love me
i trust my heart on you, once you betrayed my trust, at that time to you broke my heart
lost with all my trust that i have put on my heart
so, because of that
Prove me that you really love me. . .

Kamis, 23 Oktober 2008

jika mencintai seseorang

Jika kita mencintai seseorang, kita akan slalu mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi, jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.

Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu, hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi.

Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehingga kamu kehilangannya. Pada saat itu, tidak ada gunanya penyesalan karena perginya tanpa berkata lagi.

Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang dan bukan siapa dia sebelumnya.
Kisah silam tidak perlu diungkit lagi, kiranya kamu benar-benar mencintainya setulus hati.

Hati-hati dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta PALSU.

Kemungkinan apa yang kamu sayangi atau cintai tersimpan keburukan didalamnya dan kemungkinan apa yang kamu benci tersimpan kebaikan didalamnya.

Cinta sebenarnya adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan didalam dirinya.

Kamu tidak akan pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. Namun apabila sampai saatnya itu,raihlah dengan kedua tanganmu dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya.

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut kemulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.

Bercinta memang mudah, untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itu sangat susah.

sumber : Christian

9 Elemen Jurnalistik

Dalam buku nya Bill Kovach dan Tom Rosentiel terdapat Sembilan elemen jurnalisme, yaitu:
1. Kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran
2. Loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga Negara
3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi
4. Jurnalis harus menjaga indepedensi dari objek liputannya
5. Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan
6. Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling kritik dan menemukan kompromi
7. Jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan
8. Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional
9. Jurnalis harus diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya
Menurut saya ke Sembilan elemen tersebut memang bagus jika benar-benar di terapkan dalam kehidupan jurnalisme. Jurnalisme akan berkembang jika seorang jurnalis mampu melaksanakan Sembilan elemen tersebut.
Seorang jurnalis dalam menyampaikan berita harus sesuai dengan kebenaran atau kenyataan yang ada. Jadi, beritanya tidak boleh di buat-buat atau di lebih-lebih kan. Tapi kadang kebenaran bersifat elusif, karna wartawan sering dihadapkan pada keputusan yang harus ditimbang oleh hati nurani. Seorang wartawan harus bisa menghadapi tekanan dari atasan dan tekanan kehilangan pekerjaan.
Buku ini di terbitkan oleh PT.Gramedia dengan tebal buku 205 halaman. Buku ini memberikan banyak pengetahuan tentang jurnalisme. Selain itu, buku ini juga sangat bermanfaat bagi para pembaca. Bill Kovach lahir di Teennesse pada tahun 1932. Ia memulai karirnya sebagai wartawan pada 1959 di sebuah surat kabar kecil sebelum bergabung dengan The New York Times, salah satu surat kabar terbaik di Amerika Serikat, dan membangun karirnya selama 18 tahun di sana. Ia mundur ketika ditawari jadi pemimpin redaksi harian Atlanta Journal-Constitution.
Di bawah kepemimpinannya, harian ini berubah jadi surat kabar yang bermutu. Hanya dalam dua tahun, Kovach membuat harian ini mendapatkan dua Pulitzer Prize, penghargaan bergengsi dalam jurnalisme Amerika. Total dalam karirnya, Kovach menugaskan dan menyunting lima laporan yang mendapatkan Pulitzer Prize. Pada 1989-2000 Kovach jadi kurator Nieman Foundation for Journalism di Universitas Harvard yang tujuannya meningkatkan mutu jurnalisme. Sedangkan Tom Rosentiel adalah mantan wartawan harian The Los Angeles Times spesialis media dan jurnalisme. Kini sehari-harinya Rosenstiel menjalankan Committee of Concerned Journalists –sebuah organisasi di Washington D.C. yang kerjanya melakukan riset dan diskusi tentang media.
Buku ini memiliki kualitas tersendiri, karna wartawan ini menyajikan penjelasan Sembilan elemen jurnalistik secara lengkap dan rinci. Apa saja keperluan seorang wartawan dalam menyajikan sebuah berita dan keperluan seorang jurnalistik untuk menjadi seorang jurnalisme yang baik dan berkualitas tinggi.
Pengarang memberikan ilmu-ilmu tentang elemen penting dalam juranlisme. Tentang arti sebuah kebenaran dalam juranlisme. Kovach dan Rosenstiel menerangkan bahwa masyarakat butuh prosedur dan proses guna mendapatkan apa yang disebut kebenaran fungsional, kebenaran yang diberitakan oleh media dibentuk lapisan demi lapisan. Maksudnya kebenaran dibentuk hari demi hari, lapisan demi lapisan, Kebenaran yang memakan waktu lama tapi dari kebenaran sehari-hari ini pula terbentuk bangunan kebenaran yang lebih lengkap.
Elemen kedua, yaitu loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga Negara. Karena hampir separuh wartawan Amerika menghabiskan waktu mereka untuk urusan manajemen ketimbang jurnalisme. Tapi buktinya Perusahaan media yang mendahulukan kepentingan masyarakat justru lebih menguntungkan ketimbang yang hanya mementingkan bisnisnya sendiri. Dalam media bisnis media ada sebuah segitiga. Sisi pertama adalah pembaca,pemirsa, atau pendengar. Sisi kedua adalah pemasang iklan. Sisi ketiga adalah warga. Dalam kebanyakan media, termasuk televisi, radio, ataupun dotcom mereka memberikan berita secara gratis. Kebanyakan pembaca hanya membayar sebagian kecil dari ongkos produksi.
Elemen ketiga, yaitu esensi dari jurnalisme adalah disiplin dalam melakukan verikfikasi. Dengan adanya disiplin wartawan mampu menyaring desas-desus, gossip, ingatan yang keliru, manipulasi, guna mendapatkan informasi yang akurat. Disiplin inilah yang membedakan jurnalisme dengan hiburan, propaganda, fiksi atau seni. Jurnalisme meliput kepentingan masyarakat yang bisa menghibur tapi juga bisa tidak, Jurnalisme tidak bisa di campuri dengan fiksi setitik pun.
Kovach dan Rosenstiel menawarkan lima konsep dalam verifikasi : Jangan menambah atau mengarang apapun, jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pemirsa maupun pendengar, bersikaplah setransparan dan sejujur mungkin tentang metode dan motivasi anda dalam melakukan reportase, bersandarlah terutama pada reportase anda sendiri dan bersikaplah rendah hati.
Mereka juga menawarkan metode yang kongkrit dalam melakukan verifikasi. Pertama, penyuntingan secara skeptis. Penyuntingan harus dilakukan baris demi baris, kalimat demi kalimat, dengan sikap skpetis. Kedua, memeriksa akurasi. Ketiga, Jangan berasumsi. Wartawan harus mendekat pada sumber-sumber primer sedekat mungkin. Keempat, Pencetakan ala Tom French yang di sebut Tom French’s Colored Pencil.
Elemen yang keempat adalah independensi. Menjadi netral bukanlah prinsip dasar Jurnalisme. Impatialitas juga bukan yang di maksud dengan objektifitas. Prinsipnya, wartawan harus bersikap independen terhadap orang-orang yang mereka liput. Wartawan harus tetap melakukan verifikasi, mengabdi pada kepentingan masyarakat, dan memenuhi berbagai ketentuan lain yang harus ditaati seorang wartawan.
Elemen yang kelima adalah memantau kekuasaan dan menyambung lidah mereka yang tertindas. Wartawan harus ikut dalam menegakkan demokrasi. Salah satu pemantau ini adalah melakukan investigative reporting yang dimana adalah jenis reportase di man si wartawan berhasil menunjuukan siapa yang salah, siapa yang melakukan pelanggaran hokum, yang seharusnya jadi terdakwa, dalam suatu kejahatan public yang sebelumnya dirahasiakan. Konsekuensi dari investigasi adalah kecenderungan media bersangkutan mengambil sikap terhadap isu di mana mereka melakukan investigasi. Ada yang memakai istilah advocacy reporting untuk mengganti istilah investigative reporting karena adanya kecenderungan ini.
Elemen yang keenam adalah jurnalisme sebagai forum publik. Manusia itu punya rasa ingin tahu yang alamiah. Bila media melaporkan suatu kejadian dalam publik timbul suatu trend social, Jurnalisme ini menggelitik rasa ingin tahu orang banyak. Merekalah yang mempunyai tugas untuk menampung aspirasi masyarakat. Dengan demikian fungsi jurnalisme sebagai forum public sangatlah penting karena seperti pada zaman yunani kuno lewat forum inilah demokrasi ditegakan. Kovach dan Rosenstiel berpendapat, jurnalisme mengakomodasi debat public harus dibedakan dengan “jurnalisme semu”, yang mengadakan debat secara artificial dengan tujuan menghibur atau melakukan provokasi.
Elemen yang ketujuh adalah bahwa jurnalisme harus memikat sekaligus relevan. Memikat dan relevan. Sayangnya dua faktor ini sering di anggap dua hal yang bertolak belakang. Laporan yang memikat di anggap kaporan yang lucu,sensasional, menghibur, dan penuh tokoh selebritas. Tapi laporan yang relevan dianggap kering, angka-angka dan membosankan.
Elemen yang kedelapan adalah kwajiban wartawan menjadikan beritanya proposional dan komprehensif. Mereka mengatakan bahwa banyak surat kabar yang menyajikan berita yang tak proposional. Judul-judulnya sensasional. Penekanannya pada aspek yang emosional. Contohnya adalah harian Rakyat merdeka yang seringkali tidak proposional. Proposional dan komprehensif dalam jurnalisme memang tak seilmiah pembuatan peta. Berita yang diangkat, aman yang penting, mana yang di jadikan berita utama, penilaiannya bisa berbeda antara si wartawan dan si pembaca. Pemilihan berita juga sangat subjektif. Pengarang berkata bahwa karena subjektif inilah wartawan harus senantiasa ingat agar proposional dalam menyajikan berita.
Elemen yang kesembilan adalah wartawan harus mendengarkan hati nuraninya sendiri. Setiap individu reporter harus menetapkan kode etiknya sendiri, standarnya sendiri berdasarkan model itulah dia membangun karirnya. Jurnalisme yang paling baik seringkali muncul ketika ia menentang manajemennya